Jumat, 03 Juni 2011

10 tahun dalam memory

Ringkasan Buku : Sinjai, 10 Tahun dalam Memori

POSTED BY YAHYA MUSTAFA ON MAY - 11 - 2011
Buku ini ditulis di ujung masa, periode kedua Moh Roem menjadi Bupati Sinjai. Mantan anggota DPR RI 1987 ini, memimpin Sinjai selama dua periode yakni, periode pertama 1993-1998 dan periode kedua 1998-2003. Selama satu dasawarsa menakhodai Sinjai, termasuk cukup banyak cerita dan berita sukses yang dicapai.
Cerita dan berita kesuksesan itu kemudian terangkum dalam buku setebal 315 halaman. Program dan prestasi yang dicapai, itulah yang mampu terekam dalam memori, sehingga mungkin saja ada yang terlupakan sehingga tidak sempat tercatat dalam buku yang ditulis oleh Moh Yahya Mustafa bersama dengan kawan-kawan penulis lainya.
Di awal bab, buku ini, bercerita tentang latar belakang dan jejak kehadiran Sinjai dalam sejarah dan mitos. Sejarah mencatat Sinjai di masa lalu dibangun dari kehadiran beberapa kerajaan di antaranya; Kerajaan Tondong, Bulo-Bulo dan Lamatti. Ketiga kerajaan itu sering disebut dengan Kerajaan Tellu Limpoe.
Lewat buku ini juga dicatat sosok yang pernah menjadi bupati, para bupati tersebut yakni, Abdul Lathief periode 1960-1963; Andi Azikin (1963-1967); Drs.HM..Nur Thahir (1967-1972); Drs.H.Andi Bintang (1971-1983); H.A.Arifuddin Mattotorang, SH (1983-1993); Moh Roem (1993-2003), Andi Rudiyanto Asapa, SH (2003-2013).
Selama Roem jadi bupati, beberapa kebijakan dinilai cukup strategis, termasuk melakukan pemekaran ibu kota kabupaten Sinjai dengan merintis sarana jalan transportasi menghubungkan kelurahan di Sinjai Utara yang menjadi ibu kota kabupaten. Drainase dalam kota juga ditata secara lebih baik, sehingga kalau datang musim hujan, air sudah tidak lagi tergenamng tetapi langsung mengalir ke sungai.
Roem rupanya tidak hanya fokus pada ibu kota kabupaten, tetapi dia juga jauh masuk ke pelosok desa, membuka dan merintis jalur transportasi. Jalan lintas desa di seluruh wilayah kabupaten menjadi skala prioritas. Berfungsinya jalan menghubungkan antar desa, maka secara otomatis akan mendorong denyut nadi ekonomi masyarakat. Arus barang dan orang keluar masuk ke desa tentu akan semakin tinggi volumenya, karena sarana jalan cukup memadai.
Pria kelahiran Sinjai, 8 Mei 1950 selama menjadi bupati, sangat memperhatikan dan melibatkan para pemimpin informal yang ada di tengah masyarakat. Kehadiran para pemimpin informal itu, sangat membantu di dalam proses sosialisasi program ke tengah masyarakat. Mendorong dan meningkatkan pendapatan asli daerah lewat pelelangan ikan di Lappa Larea-rea, juga terus dipacu dengan tingginya volume hasil perikanan yang didaratkan dan dilelang di tempat tersebut.
Para periode Bupati Roem, pembangunan pelabuhan laut Larea-rea dirintis dengan sebuah harapan, pelabuhan laut yang berada di Teluk Bone ini, akan menjadi tempat berlabuh bagi warga yang berasal dari kawasan timur Indonesia. Kehadiran sarana transportasi laut mempersingkat jarak wilayah di bahagian Timur Indonesia ini.
Pada akhir bab buku ini juga direkam komentar sejumlah kalangan terhadap sosok Roem selama menjadi bupati. Rektor IKIP Makassar dimasa Roem jadi bupati, Prof.Dr.HM.Idris Arief, MS dalam buku ini menilai, ‘’ Saya melihat Bupati Roem sudah membangun fundamen dengan kuat, sehingga penggantinya nanti tinggal mengisi dan lebih mengembangkan ‘’. Guru Besar Ilmu Ekonomi UNHAS, Prof.Dr.H. Halide menilai, sejak bupati pertama sampai bupati sekarang, baru pada masa Moh Roem saya melihat Sinjai mulai ditata. Mungkin karena ia orang kampus, kemudian aktifis dan tahu persis bagaimana mengelola suatu organisasi pemerintahan.
Sekda Kabupaten Sinjai kala itu, Drs.H.Zainuddin Fatbang, menilai dalam satu dasawarsa terakhir, pembangunan semakin terlihat dan terasa. Masyarakat sudah menikmati hasilnya. (huriah ali hasan)








Judul Buku : Sinjai 10 Tahun Dalam Memori
Penulis : Moh Yahya Mustafa, dkk
Pengantar : Prof.Dr.Ir. Radi A. Gany
Tebal : xxvi + 315
Tahun : Cetakan Kedua Juni 2002
Penerbit : Pustaka Refleksi

sinjai bersatu

SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN KABUPATEN SINJAI
Berdasarkan UU. No. 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Daerah Tingkat II di Sulawesi (LN Tahun 1959 Nomor 74 TLN Nomor 1823), dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. UP.712/44 tanggal 28 Januari 1960 Sinjai diresmikan menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Sinjai sebagai Daerah Otonom yang ditandai dengan pelantikan Bupati Pertama ABDUL LATIEF (Mayor Purnawirawan TNI/AD) yang dilantik pada tanggal 1 Pebruari 1960.

Kabupaten Sinjai adalah Daerah Otonom yang terdiri dan membawahi enam buah distrik masing masing:

1. Distrik Bulo Bulo Timur
2. Distrik Lamatti
3. Distrik Tondong
4. Distrik Bulo Bulo Barat
5. Distrik Manimpahoi
6. Distrik Manipi

Keenam Distrik tersebut masing masing dipimpin oleh seorang Kepala Distrik. Dari enam buah distrik yang telah ada kemudian berdasarkan SK Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara pada tanggal 19 Desember 1961 No. 1100 tentang Pembentukan Kecamatan di Daerah Swatantra Tk II Sinjai yang dilebur menjadi lima Kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Sinjai Utara
2. Kecamatan Sinjai Timur
3. Kecamatan Sinjai Tengah
4. Kecamatan Sinjai Barat
5. Kecamatan Sinjai Selatan

Kemudian ditambah dua buah persiapan Kecamatan yaitu:

1. Perwakilan Kecamatan Sinjai Utara
2. Perwakilan Kecamatan Sinjai Barat

Selanjutnya dengan SK DPRD GR Daerah Tingkat II Sinjai No. 16 Tahun 1961 YO Surat Keputusan BKDH TK. II Sinjai tanggal 27 Maret 1962 Nomor 5/KDS/1962 tentang Rencana Pembangunan Masyarakat Desa di Sinjai membagi 73 wilayah Kampung Komplexin yang telah ada 39 Style Baru.

Dengan keluarnya SK Gubernur Sul Sel No. 450/111/1965 tentang Pedoman Pembentukan Desa Gaya Baru di Sul Sel, dimana berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1979, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1980 tentang Pedoman Pembentukan, Pemecahan dan Penghapusan Kelurahan, serta Peraturan Mendagri No. 4 Tahun 1981 tentang Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan dan Penghapusan Desa. Begitu pula dengan Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1992 dimana dua buah perwakilan Kecamatan yang dibentuk pada tahun 1975 berubah status menjadi Kecamatan Defenitif.

Dimana berdasarkan Peraturan tersebut diatas maka Kabupaten Daerah Tingkat II Sinjai pada saat ini terdiri 7 buah Kecamatan, 54 Desa dan 14 Kelurahan. Dan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Sulawesi Selatan Nomor 5381VI/1996 maka di Kabupaten Sinjai terbentuk satu Perwakilan Kecamatan, yaitu Perwakilan Kecamatan Tellu Limpoe.

MOTTO KABUPATEN SINJAI
Berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sinjai Nomor 13/KPTS/ 1995 tanggal 6 Juni 1996 tentang Penetapan Motto Kabupaten Sinjai.
I.UMUM
 Bahwa pelaksanaan pembangunan disegala bidang, adalah tanggungjawab dari semua kalangan masyarakat. Untuk itu perlu dibangkitkan dan didorong semangat partisipasi dalam pembangunan agar hasil-hasilnya dapat semakin meningkat dan selanjutnya akan membawa peningkatan disegala bidang kehidupan.

Bahwa dalam upaya mempercepat pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Sinjai perlu ditetapkan Motto Daerah untuk menjadi motivasi pembangunan disegala bidang dalam rangka lebih mempercepat proses menumbuhkan pembangunan yang seimbang dan selaras.
II.MAKNA/PENGERTIAN
 Berdasarkan makna, dan pengertian SINJAI BERSATU makna sesuai format ideal adalah :
1.Huruf B = Bersih
a.Bersih hati dan niat untuk bersatu padu memajukan bangsa dan daerah bersih dari niat untuk mementingkan kelompok dan diri sendiri.
b.Bersih pikiran dari hat hal yang negatif yang dapat merugikan orang lain dan sebaliknya selalu berpikir positif Kreatif dan Produktif.
c.Bersih lingkungan dari segala macam sampah, polusi dan limbah.
2.Huruf E = Elok
Apa yang sudah bersih ditingkatkan agar menjadi elok dan sedap dipandang mata.
Masyarakat semakin ramah tamah dan bersahabat, penataan pekarangan dan taman serta lingkungan alam sekitamya semakin cantik, dihiasi dengan tanaman yang hijau dan bunga-bungaan yang indah.
3.Huruf R = Rapi
Apa yang telah bersih dan elok perlu tetap terpelihara secara berkesinambungan, dapat lebih tertata rapi dan apik. Untuk itu diperlukan pula adanya kebersatuan masyarakat berupa organisasi kecil yang rapi pula baik ditingkat Dasa Wisma atau RT dan RW yang bertanggung jawab mengatur dan menjaga kerapian setiap tempat atau lokasi yang telah ditetapkan bersama.
4.Huruf S = Sehat
Karena masyarakat sudah bersatu hati, pikiran dan gerakan untuk hidup bersih, elok dan rapi, maka dengan sendirinya akan terciptalah masyarakat yang sehat. Sehat, sehat dalam arti sebenarnya yaitu sehat jiwa dan mentalnya sehat pisik dan tubuhnya serta sehat pergaulan lingkungan sosialnya. Bila masih ada anggota masyarakat yang belum mampu hidup sehat perlu bantuan biaya pengobatan dan lain lain maka masyarakat bersatu membantu melalui pengumpulan Dana Sehat.
5.Huruf A = Aman
Bila masyarakat telah hidup sehat dalarn arti yang utuh, yaitu sehat mental, pisik dan pergaulan sosialnya maka dengan sendirinya akan terciptalah suasana yang aman. Tidak ada lagi pelanggaran lalu lintas, tidak ada lagi pencurian dan tindak kriminal lainnya, karena masyarakat hidup dalam suasana saling membantu, yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah dan seterusnya.
6.Huruf T = Tekun
Karena masyarakat hidup dalam suasana yang aman maka merekapun dapat belajar dan berusaha dengan tenang dan tekun. Setiap anggota masyarakat pengusaha, pegawai dan lain lain dapat lebih menekuni bidang tugas dan profesi masing masing. Tanpa merasa kuatir oleh akan adanya gangguan bahkan ditunjang oleh adanya suasana yang bersih, elok, rapi dan sehat.
7.Huruf U = Unggul
Karena masyarakat telah tekun melaksanakan tugasnya masing-masing, maka dalam waktu yang tidak terialu lama akan lahirlah keunggulan-keunggulan di berbagai bidang fisik maupun non fisik, dan dengan demikian Kabupaten Sinjai telah siap untuk menghadapi Era Globalisasi

sejarah terbentuknya kab.sinjai

Sejarah Terbentuknya Kabupaten Sinjai

POSTED BY ALDIN ZEIN ON FEBRUARY - 18 - 2011
Situs Batu Pake Sinjai
Terbentuknya Kabupaten Sinjai memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada awalnya terdapat beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan–kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.
Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.
Watak dan karakter masyarakat tercermin dari sistem pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan Yakni Sipakatau yaitu Saling menghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep “Sirui Menre’ Tessirui No’ yakni saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah, mallilu sipakainge yang bermakna bila khilaf saling mengingatkan.
Sekalipun dari ketiga kerajaan tersebut tergabung ke dalam Persekutuan Kerajaan Tellu Limpo’E namun pelaksanana roda pemerintahan tetap berjalan pada wilayahnya masing-masing tanpa ada pertentangan dan peperangan yang terjadi diantara mereka.
Bila ditelusuri hubungan antara kerajaan-kerajaan yang ada di kabupaten Sinjai di masa lalu, maka nampaklah dengan jelas bahwa ia terjalin dengan erat oleh tali kekeluargaan yang dalam Bahasa Bugis disebut SIJAI artinya sama jahitannya.
Hal ini diperjelas dengan adanya gagasan dari LAMASSIAJENG Raja Lamatti X untuk memperkokoh bersatunya antara kerajaan Bulo-Bulo dan Lamatti dengan ungkapannya “PASIJA SINGKERUNNA LAMATI BULO-BULO” artinya satukan keyakinan Lamatti dengan Bulo-Bulo, sehingga setelah meninggal dunia beliau digelar dengan PUANTA MATINROE RISIJAINA.
Eksistensi dan identitas kerajaan-kerajaan yang ada di Kabupaten Sinjai di masa lalu semakin jelas dengan didirikannya Benteng pada tahun 1557. Benteng ini dikenal dengan nama Benteng Balangnipa, sebab didirikan di Balangnipa yang sekarang menjadi Ibukota Kabupaten Sinjai.Disamping itu, benteng ini pun dikenal dengan nama Benteng Tellulimpoe, karena didirikan secara bersama-sama oleh 3 (tiga) kerajaan yakni Lamatti, Bulo-bulo, dan Tondong lalu dipugar oleh Belanda melalui perang Manggarabombang.
Agresi Belanda tahun 1859–1561 terjadi pertempuran yang hebat sehingga dalam sejarah dikenal nama Rumpa’na Manggarabombang atau perang Mangarabombang, dan tahun 1559 Benteng Balangnipa jatuh ke tangan belanda.
Tahun 1636 orang Belanda mulai datang ke daerah Sinjai. Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang keras upaya Belanda untuk mengadu domba menentang keras upaya Belanda unntuk memecah belah persatuan kerajaan-kerajaan yang ada di suilawesi Selatan. Hal ini mencapai puncaknya dengan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap orang-orang Belanda yang mencoba membujuk Kerajaan Bulo-bulo untuk melakukan peran terhadap kerajaan Gowa.Peristiwa ini terjadi tahun 1639.
Hal ini disebabkan oleh rakyat Sinjai tetap perpegan teguh pada PERJANJIAN TOPEKKONG. Tahun 1824 Gubernur Jenderal Hindia Belanda VAN DER CAPELLAN datang dari Batavia untuk membujuk I CELLA ARUNG Bulo-Bulo XXI agar menerima perjanjian Bongaya dan mengisinkan Belanda Mendirikan Loji atau Kantor Dagang di Lappa tetapi ditolah dengan tegas.
Tahun 1861 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi dan Daerah, takluknya wilayah Tellulimpoe Sinjai dijadikan satu wilayah pemerintahan dengan sebutan Goster Districten. Tanggal 24 pebruari 1940, Gubernur Grote Gost menetapkan pembangian administratif untuk daerah timur termasuk residensi Celebes, dimana Sinjai bersama-sama beberapa kabupaten lainnya berstatus sebagai Onther Afdeling Sinnai terdiri dari beberapa adats Gemenchap, yaitu Cost Bulo-bulo, Tondong, Manimpahoi, Lamatti West, Bulo-bulo, Manipi dan Turungeng.
Pada masa pendudukan Jepang, struktur pemerintahan dan namanya ditatah sesuai dengaan kebutuhan Bala Tentara Jepang yang bermarkas di Gojeng.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 yakni tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai resmi menjadi sebuah kabupaten berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1959.
Dan pada tanggal 17 Pebruari 1960 Abdul Latief dilantik menjadi Kepala Daerah Tingkat II Sinjai yang Pertama.
Hingga saat ini Kabupaten Sinjai telah dinahkodai oleh 7 (tujuh) orang putra terbaik yakni :
1. Mayor Abdul Lathief Tahun 1960 – 1963
2. Andi Azikin Tahun 1963 – 1967
3. Drs. H. Muh. Nur Thahir Tahun 1967 – 1971
4. Drs. H. Andi Bintang Tahun 1971 – 1983 ( 2 Periode )
5. H. A. Arifuddin Mattotorang, SH Tahun 1983 – 1993 ( 2 Periode )
6. H. Muh. Roem, SH, M.Si Tahun 1993 – 2003 ( 2 Periode )
7. Andi Rudiyanto Asapa, Sh, LLM Tahun 2003 – 2013 ( 2 Periode )
Dengan motto SINJAI BERSATU Kabupaten sinjai terus maju dan berkembang menuju masa depan yang cerah…………..!!!’